Arti Penting Solo dalam Karier Militer Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto
Program studi (Prodi) Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menggelar bedah buku “Marsekal Hadi Tjahjanto: Merangkul Arus Perubahan,” karya Eddy Suprapto.
Buku kedua Eddy tentang sosok Hadi ini, sengaja diluncurkan di Kota Solo pada Rabu, 8 Desember 2021. Selain Hadi juga hadir Kolonel Wahyu Tjahjadi, adik kandung Marsekal Hadi Tjahjanto dan Prof Dr Warto, M Hum, pakar sejarah dan Dekan Fakultas Ilmu Budaya UNS. Sedangkan Dr M Bagus Sekar Alam, Dosen Prodi Ilmu Sejarah FIB sebagai moderator.
Baca Juga: Pakar Sejarah UNS Bakal Membedah Buku Tentang Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto
Menurut Eddy, Solo menjadi daerah penting dalam karier Hadi. Di kota berjuluk Kota Liwet inilah Hadi bertemu Wali Kota Solo Joko Widodo. Sedangkan dirinya menjabat Danlanud Adi Soemarmo Solo. Saat Joko Widodo menjadi Presiden, Hadi dipilih untuk memimpin TNI. “Historikalnya ada di Solo, makanya launching juga dilakukan di ini karena memiliki nilai historikal yang kuat,” katanya.
Salah satu keistimewaan Hadi mewanai buku setebal 274 halaman ini. Hadi punya pendekatan soft diplomatic atau persuasif dalam menjalankan amanahnya sebagai panglima TNI. Sebelum pensiun, Hadi menjabat pucuk tertinggi di TNI pada 2017-2021.
Salah tugas penting Hadi adalah merangkul TNI dan Polri menjadi satu. Tidak mudah karena sebelumnya Indonesia dihantam krisis ekonomi. Lalu disusul dengan krisis politik yakni saat Pilkada serentak dan Pemilu Presiden 2019. “Namun, semuanya mampu dimanage dengan baik,” jelas Eddy.
Hadi sebagai pembantu presiden, ujar Eddy, mampu menangkap intuisi tersebut dengan cara persuasif. Pola yang belum dilakukan pemimpin sebelumnya untuk menjadikan TNI dan Polri solid. “Itu nanti menjadi aset bangsa dalam perpolitikan ke depan. Cara soft diplomatic Marsekal Hadi yang saya tangkap, makanya saya berikan judul merangkul arus perubahan,” jelasnya lagi.
Baca Juga: Buku Kedua Marsekal Hadi Tjahjanto Karya Eddy Suprapto
Hal ini dipertegas oleh Wahyu. Sebagai adik dan senior Hadi di TNI, ia tahu persis bagaimana Hadi mampu mengembalikan sinergitas antara TNI dan Polri. Hubungan ini mempengaruhi ketentraman masyarakat. Tidak ada perkelahian antara TNI dan Polri. Masyarakat merasa nyaman dan percaya kepada TNI dan Polri.
Tidak berhenti sampai di situ, Hadi membangun TNI sebagai angkatan modern menghadapi ancaman hibrida, perang modern, non perang. Beberapa langkah besar dilakukan seperti membangun komando gabungan wilayah pertahanan. Selain itu juga banyak melakukan perubahan di internal termasuk menghadapi manajemen keterbatasan alutsista.
Dia juga menyinggung bahwa tugas TNI ada dua, yaitu operasi militer perang dan operasi militer selain perang (OMSP). “OMSP kami saat ini yang paling kentara adalah mengatasi pandemi Covid-19,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Prof Warto melihat buku ini dapat merajut sifat tegas dan integritas dari sosok Hadi. Menurut bukti empirik Hadi hadir sebagai pemimpin yang sedikit bicara dan banyak kerja. Karena buku bukan hanya berisi tentang biografi, namun di dalamnya terdapat bukti-bukti sejarah keberhasilan perjuangan dan data detail bagaimana Hadi meraihnya.
Capaian ini tentu tidak mengherankan Prof Warto, karena Eddy sebagai penulis dikenal dekat dengan Hadi. “Buku ini dikerjakan dengan serius oleh tim yang dekat dengan beliau.”
Terkait hal ini, Eddy menuturkan bahwa suatu waktu Hadi menelepon dirinya untuk kembali meramu biografinya dalam sebuah buku. “Tanpa waktu lama saya segera menyetujui. Menurut saya dan mungkin ini dapat menjadi pemahaman kita semua, dalam buku ini menyusun puzzle sejarah kemajuan bangsa.”
Baca Juga: Presiden pada HUT TNI Ke-75: Mau Bersinergi adalah Karakter Pejuang
Buku pertama soal Hadi yang ditulis Eddy berjudul, ”Anak Sersan Jadi Panglima: Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.” Buku ini diluncurkan di Jakarta, Jumat, 16 Maret 2018. Kedua buku bisa didapatkan di Toko Buku Gramedia.
Adapun Eddy sebagai jurnalis, memulai kariernya di mingguan ekonomi Kontan dan berlanjut ke MNC TV. Eddy memprakarsai lahirnya saluran ekonomi MNC Business Channel, yang sekarang berubah menjadi IDX Channel. Eddy juga pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi RCTI. Terbaru, dia mendirikan Masagarnews.com.
Buku yang pernah diterbitkan antara lain Korupsi dalam Liputan Pers (Aliansi Jurnalis Independen, 1999) dan Euforia Tekanan Modal dan Konsentrasi Modal (Aliansi Jurnalis Independen, 2000) bersama Ing Haryanto dan Heru Hendratmoko. Beberapa karya lain yang telah terbit adalah cerpen “Perahu Terakhir” (Suara Pembaharuan, 2009) yang diterjemahkan dalam bahasa Korea dan menjadi naskah drama oleh Aladdin Top of Contents tahun 2014, “Curency Wara Trigger Global Economic Crisis” bersama Ivan Lim (AsiaN, 2010) dan cerpen “Removing Bone Straight” yang diterjemahkan dan menjadi naskah film pendek oleh Aladdin Top of Contents Korea Selatan pada 2017.
Foto: Eddy Suprapto (kedua dari kanan) menyampaikan garis besar bukunya yang berjudul “Marsekal Hadi Tjahjanto: Merangkul Arus Perubahan,” di UNS Solo, Rabu, 8 Desember 2021. (KR Jogja)
(Ag/Ag)
Leave a Reply