Banjiha Rumah ala Film Parasite Paling Terdampak Banjir Korea

Masih ingat film Parasite? Dalam film peraih Oscar tersebut, keluarga Kim diceritakan tinggal di sebuah ruang semi bawah tanah berukuran kecil atau yang disebut dengan Banjiha.

Ki Jeong (Park So Dam) dan Ki Woo (Choi Woo Shik) sampai harus berebut ruang sempit di kamar mandi agar bisa mendapatkan sinyal internet. Mereka berbagi ruang sempit tersebut dengan kedua orang tuanya.

Sejak Parasite mencuri perhatian dunia pada 2019, Banjiha menjadi sorotan dunia. Di tengah gemerlap gedung-gedung tinggi dan gaya hidup Korea Selatan, sekelompok orang memilih tinggal di ruangan kecil dan hidup pas-pasan.

Seperti salah satu penghuninya, Song Sung Geun (82), saat diwawancara The Asahi Shimbun beberapa waktu lalu, mengungkapkan betapa tersiksanya harus hidup di Banjiha. Namun ia seperti tak punya pilihan lain karena biaya tempat tinggal yang mahal di Seoul.

“Udaranya lembab. Aku tidak suka tinggal di sini. Tapi aku juga tidak bisa membayar tempat tinggal lebih mahal,” ungkapnya.

Baca Juga: Alasan Seungha Eks BaBa Jadi Bintang Porno dan Berapa Tarifnya

Selain udara lembab, Banjiha juga rentan banjir karena posisinya yang bersebelahan dengan drainase. Sehingga ketika Seoul dilanda banjir besar di awal pekan, pemerintah memutuskan untuk tidak mengeluarkan izin pembangunan rumah dengan konstruksi semi basement.

Sementara itu, berdasarkan data statistik yang dirilis pada 2015, Korea Selatan mencatat sekitar 360 ribu keluarga tinggal di Banjiha. Sebanyak 220 ribu di antaranya tinggal di Banjiha yang terletak di Seoul.

Karena kejadian ini, pemerintah tidak akan lagi memberikan izin untuk membangun rumah di dataran yang rendah seperti itu lagi. Dilansir dari Yonhap, para pejabat akan merevisi undang-undang supaya larangan penggunaan ruang bawah tanah atau semi-basement untuk perumahan tak lagi dilakukan.

“Perumahan bawah tanah dan semi-bawah tanah mengancam mereka yang rentan dalam semua aspek,” kata Wali Kota Seoul Oh Se-hoon.

Kebijakan tersebut berlaku mulai pekan ini dan secara bertahap akan mengubah rumah-rumah itu. Seoul memberikan waktu bagi pemilik banjiha untuk mengubahnya menjadi penggunaan non-perumahan seperti tempat penyimpanan atau tempat parkir.

Seperti diberitakan sebelumnya, Seoul dilanda hujan terlebat selama 80 tahun terakhir. Hingga Rabu (10/8/2022) sedikitnya 11 orang meninggal atau hilang akibat banjir yang berlangsung selama 3 hari.

Tragedi ini juga menjadi tamparan bagi pemerintah akan ketimpangan pendapatan dan biaya sewa rumah yang tinggi di Seoul. Orang-orang terpaksa menyewa banjiha karena harganya murah.

Sementara itu pihak berwenang juga akan memberikan dukungan bagi penyewa banjiha yang ada untuk pindah ke perumahan sewa umum.

Sumber: Detikcom dan Yonhap

Foto: bbci.co.uk

(Ag/Ag)

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *