Buku Kedua Marsekal Hadi Tjahjanto Karya Eddy Suprapto
Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto baru pensiun. Eddy Suprapto mengabadikan kisah inspiratifnya dalam buku “Merangkul Arus Perubahan.” Ini adalah buku keduanya tentang sosok Marsekal Hadi.
“Semangat korsa (Marsekal Hadi) itu tidak mudah menyerah. Itu yang ingin kita tularkan kepada generasi sekarang,” kata Eddy saat bedah buku biografi Marsekal Hadi Tjahyanto berjudul, “Merangkul Arus Perubahan,” di Radio Trijaya FM, Sabtu, 27 November 2021, jam 09.00 WIB.
Sebagai penulis buku ini, Eddy melihat generasi mudah sekarang ada kecenderungan untuk mudah menyerah. Digitalisasi membuat segala sesuatu berjalan cepat, namun tujuan hidup harus dilalui dengan proses panjang. Tidak sekali jadi. Harus punya daya juang yang baik, sebagaimana ada dalam diri Marsekal Hadi.
Baca Juga: Kartika Sukarno: Inggris Berutang Maaf Kepada Ayah Saya dan Jutaan Rakyat Indonesia
“Buku ini mengungkap sosok Marsekal Hadi yang tidak pernah patah (semangat), punya semangat yang dalam sekalipun dalam kondisi yang tidak nyaman, dan rajin mempersiapkan diri untuk tugas yang berat. Saat menjabat dia tahu posisinya, jadi apa yang telah ditugaskan diselesaikan dengan baik,” ungkap Eddy.
Salah satu capaian penting dalam penugasan Marsekal Hadi sebagai Panglima TNI adalah berhasil membangun soliditas TNI dan Polri. Baru di zaman dialah, kedua lembaga ini mampu bersatu dan bah membahu mendukung program Indonesia Maju yang digaungkan oleh Presiden Jokowi.
Langkah awal dan penting yang dilakukan Marsekal Hadi adalah bersama TNI – Polri berhasil menyukseskan Pemilu 2019. Kala itu, Indonesia masuk masa krusial pasca Pemilukada DKI yang diwanai politik identitas. “Saya pikir bahwa (saat itu) TNI Polri bisa menjaga (keamanan). Dan masyarakat (saat ini) bisa menikmati hal yang substantif,” tutur Eddy.
Keberhasilan Marsekal Hadi itu didorong oleh kemampuannya dalam membangun soft diplomatic. Sebagai seorang pilot, dia punya intusi yang bisa menjadi modal untuk melakukan tindakan strategis. Dari sanalah tahapan-tahapan soft diplomtic terencana sekali. Gaya kepemimpinannya merangkul semua, merangkul arus.
Merangkul Arus Perubahan
Itulah mengapa, Eddy memilih judul, “Merangkul Arus Perubahan.” Pertama, Marsekal Hadi merangkul TNI Polri pasca reformasi sampai keduanya salid. Kedua, di era Presiden Jokowi ada banyak perubahan yang diarahkan pada semangat visi Indonesia Maju. Perubahan itu ada yang frontal dan persuasif. Di sini Marsekal Hadi turun untuk merangkul kedua kubu untuk bersama-sama menyukseskan visi presiden.
Kemampuan Marsekal Hadi dalam mengelola konflik untuk bersama-sama mencapai tujuan, memang menjadi karakternya. Hal itu diakui Kolonel Wahyu Tjahyadi, Kepala Sekretariat Umum TNI Angkatan Udara. “(Dalam keluarga) kita juga udah tahu Mas Hadi punya kepemimpinan yang kuat. Gak pernah menyelesaikan masalah dengan menimbulkan masalah baru. Masalah selesai tanpa konflik dan emosi. Selalu ada solusi,” kata adik kandung Marseka Hadi.
Kolonel Wahyu yang adalah anak keempat dari lima bersaudara itu, menganggap Marsekal Hadi sebagai kakak dan guru. Apalagi, selain sebagai adik, dia juga menjadi yunior di korps TNI Angkatan Udara. “Saya sebagai anak buahnya, selalu ditekankan untuk menyelesakan persoalan tanpa konflik. Prinsipnya, mengangkat setinggi-tingginya keunggulan, dan memendam sedalam-dalamnya kekurangan. Saya merasakan kepemimpinan dia memang yang diidam-idamkan.”
Satu lagi kuncinya, Kolonel Wahyu melanjutkan, yakni “Berusaha, berdoa, dan tetap rendah hati.” Itulah yang diajarkan orangtua dan digunakan dalam hidup kami sebagai anak. Ayah mereka juga dari TNI dengan pangkat terakhir Sersan Mayor. Sedangkan Ibu membantu di rumah dengan berdagang.
Baca Juga: Ultah Asia N: Semoga Menjadi Pelita Bagi Asia
Dalam menyusun buku ini, Eddy mengaku kesulitan dalam memenuhi deadline. Alasan utamanya terkiat dengan keterbatasan waktu Marsekal Hadi. “Saya dapat waktu mepet-mepet. Kita mencoba intensifkan, kadang-kadang saya pakai media, lalu saya konfirmasi (kepada Marsekal Hadi langsung). Setelah subuh saya bisa komunikasi dengan dia melalui whatsapp. Selalu dibalas.”
Di akhir bedah buku, Eddy menegaskan bahwa banyak hal yang bisa kita lakukan untuk negara ini. Keputusan yang cepat dan tepat dibutuhkan untuk menghasilkan karya yang obyektif. “Sehingga kita harus mempersiakan diri, seperti layaknya marsekal Hadi sejak dini melakukannya. Saya kira semua agama menuliskan bahwa berjuang untuk negara adalah bentuk ibadah.”
Buku yang sudah bisa dibeli di seluruh toko buku Gramedia ini, adalah buku kedua yang ditulis Eddy tentang sosok Marsekal Hadi. Sebelumnya, Eddy telah meluncurkan buku pertama dengan judul, ”Anak Sersan Jadi Panglima: Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto” di Jakarta, Jumat, 16 Maret 2018.
Sekelumit tentang buku pertama, Eddy mengulik kehidupan Marsekal Hadi yang sempat berjualan donat di sekitar tahun 1976-1977 atau saat dia berusia 14 hingga 15 tahun. Dia kerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Kisah semakin menarik karena Eddy sendiri adalah teman masa SMA Marsekal Hadi. Sehingga Eddy mampu menggambarkan dengan baik lika-liku Marsekal Hadi mulai dari dalam keluarga sampai mencapai karier tertinggi di militer.
Adapun Eddy Suprapto selain dikenal sebagai penulis buku, juga seorang jurnalis. Kariernya diawali di mingguan ekonomi Kontan dan berlanjut ke MNC TV. Eddy memprakarsai lahirnya saluran ekonomi MNC Business Channel, yang sekarang berubah menjadi IDX Channel. Eddy juga pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi RCTI. Terbaru, dia mendirikan Masagarnews.com.
Buku yang pernah diterbitkan antara lain Korupsi dalam Liputan Pers (Aliansi Jurnalis Independen, 1999) dan Euforia Tekanan Modal dan Konsentrasi Modal (Aliansi Jurnalis Independen, 2000) bersama Ing Haryanto dan Heru Hendratmoko. Beberapa karya lain yang telah terbit adalah cerpen “Perahu Terakhir” (Suara Pembaharuan, 2009) yang diterjemahkan dalam bahasa Korea dan menjadi naskah drama oleh Aladdin Top Of Contents tahun 2014, “Curency Wara Trigger Global Economic Crisis” bersama Ivan Lim (AsiaN, 2010) dan cerpen “Removing Bone Straight” yang diterjemahkan dan menjadi naskah film pendek oleh Aladdin Top Of Contents Korea Selatan pada 2017.
Foto: Youtube
(Ed/Ag)
Leave a Reply