Pasca Omnibus Law, Indonesia Bersiap Jadi Produsen EV Battery

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja bersifat ombinus law. Pemerintah mengklaim, UU baru ini lebih ramah investor untuk tingkatkan lowongan kerja. Industri EV Battery menjadi salah satu yang menjajal performa UU yang sah mulai 2 November 2020.

Ada 3 investor bersiap masuk Indonesia untuk mengembangkan ev battery. Yang terbaru, pemain baterai mobil listrik kelas dunia asal Korea Selatan, LG Chem Ltd, dipastikan akan meneken kerja sama investasi.

Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam sebuah seminar Universitas Gadjah Mada yang disiarkan melalui kanal YouTube, Selasa, 17 November 2020. 

“Minggu ini kalau tidak ada perubahan LG dari Korea akan segera tanda tangan,” kata Luhut.

Baca Juga: Tren Mobil Listrik: LG Chem Lahirkan LG Energy Solutions, MIND ID Lahirkan Holding PT Indonesia Battery

LG Chem tidak sendirian. Luhut juga menyebut, bahwa hari Senin lalu sudah tanda tangan CATL dengan Inalum untuk pembuatan baterai lithium. CATL atau Contemporary Amperex Technology Co. Ltd adalah perusahaan baterai dari Tiongkok. Ada juga Tesla dari Amerika Serikat. “Kita strateginya, ke mana saja kita berkawan,” papar Luhut.

Sumber dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut, CATL akan berinvestasi senilai USD5,1 miliar atau sekitar Rp71 triliun.  Kabar terbaru, komitmen sudah diteken dan peletakan batu pertama pembangunan pabrik CATL akan dimulai tahun 2021.

Posisi Indonesia tidak main-main dalam perlombaan teknologi dunia. LG Chem dan CATL yang sudah masuk ke Indonesia adalah dua pelopor dalam teknologi baterai lithium dunia. Tentu, belajar dari masa lalu, kita tidak ingin menjadi penonton. Pemerintah ingin, industri dan teknologi kita pun bermain, tidak hanya tepuk tangan dan bersorak saja.

Oleh karena itu, sejumlah BUMN membentuk MIND ID, Holding Indonesia Battery untuk memproduksi baterai. MIND ID yang terdiri dari PT. Aneka Tambang Tbk., PT. Pertamina (Persero), dan PT, PLN (Persero) itu, akan menjalin kerja sama dengan LG Chem dan CATL.

“Kerja sama dengan mitra China dan Korea, dari hulu sampai hilir sekitar USD12 miliar (sekitar Rp 177,6 triliun). Sudah disiapkan rencana kerja sama kongkrit, rencana pemanfaatan nikel sampai hasilkan baterai,” kata CEO Inalum Orias Petrus Moedak.

Baca Juga: Melalui Proyek Mobil Listrik, Indonesia dan Korea Menyongsong Masa Depan

MIND ID disiapkan untuk Indonesia Battery, industri baterai terintegrasi. Di hulu ada Antam, yang intermediate ada Pertamina, hilir ada PLN. Sekarang lagi diproses.

Perusahaan Negeri Paman Sam tak mau ketinggalan. Melalui Tesla, produsen mobil listrik, hampir sepakat untuk membangun pabrik baterai di Indonesia. Bahkan, menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, lokasi pabrik itu disebut-sebut akan dibangun di Kawasan Industri Batang, Jawa Tangah. “On going discussion. Arahnya ke sana (Batang),” ujar Agus, Senin, 19 Oktober 2020.

Presiden RI Joko Widodo lalu mengirimkan utusan ke Amerika Serikat untuk bertemu eksekutif Tesla untuk membahas proyek pendirian pabrik baterai di Indonesia. Minggu kedua November 2020, Luhut yang didampingi Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar hadir di AS untuk bertemu CEO SpaceX dan Tesla Elon Musk. Namun sayang, mereka tidak jadi bertemu, karena Musk positif Covid-19.

Selama ini, Tesla membeli pasokan baterai dari Panasonic dan CATL untuk mobil listriknya. Kini, Tesla ingin punya pabrik baterai sendiri. Itulah mengapa, mereka ingin masuk ke Indonesia yang punya tambah nikel terbesar di dunia. Nikel sendiri punya dua produk hilir yang sangat diminati, baterai dan stainless steel.

Baca Juga: Menakar Seberapa Besar Prospek Mobil Listrik di Indonesia

Minat 3 investor besar untuk masuk ke Indonesia tidak hanya membuat pemerintah dan rakyat senang. Nyatanya, pengumuman kepastian LG Chem berinvestasi membuat saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melesat pada Rabu, 18 November 2020. Mereka adalah pemain utama di sektor hulu dalam industri baterai.

Kenaikan dipimpin oleh Antam dengan kenaikan 5,88% ke level Rp 1.260/unit. Sedangkan anggota Holding MIND ID lainnya yakni PT Timah juga tidak kalah tinggi dengan kenaikan 5,16%. Sedangkan kenaikan paling moderat dibukukan oleh Vale Indonesia dengan kenaikan 3,71% ke level harga Rp 4.750/unit.

Menurut Luhut, para investor ini mambantu kita untuk mendorong hilirisasi nikel hingga menjadi baterai mobil listrik di Indonesia. Kita berusaha untuk tidak lagi mengekspor bahan mentah, yang membuat negara kita tidak maju-maju. Sebaliknya, dengan kebijakan hilirisasi bahan mentah membuat investasi kita meningkat, nilai ekspor pun naik. “(Khusus untuk baterai) kita akan lihat produksinya 2023 awal atau awal 2024,” harap Purnawirawan TNI kelahiran 28 September 1947 itu.

(Ag/Ag)

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *