Gemas Liat Perundungan di The Glory, Ternyata Aslinya Lebih Ngeri
Kasus bullying (perundungan) di drama Korea The Glory banyak disorot. Ternyata, hal itu masih terbilang lebih ringan dibandingkan beberapa kasus nyata perundungan yang terjadi di Korea Selatan.
“Kenyataannya lebih buruk,” kata Choi Woo Seong, seorang komisaris sekolah dalam sebuah wawancara dengan MBC Radio “News High Kick” pada Rabu, 11 Januari 2023.
Baca Juga: The Glory Jadi Trending, Simak Beberapa Faktanya
Dari wawancara yang dijabarkan Allkpop.com, Choi Woo Seong turut mengamini bahwa adegan kekerasan di sekolah sebagaimana tersaji dalam The Glory sangat mengejutkan para penonton. Ia juga tak menampik juga mungkin beberapa orang merasa ragu, apakah hal seperti itu benar terjadi. Nyatanya hal itu terjadi dan untuk beberapa kasus lebih parah. “(Drama ini dapat) meningkatkan kesadaran terhadap kekerasan sekolah,” ungkapnya.
Ia adalah komisaris sekolah yang bertanggung jawab atas kekerasan sekolah di Kantor Pendidikan Gyeonggi Suwon. Ia menegaskan bahwa adegan ‘catok rambut’ di “The Glory” didasarkan pada kejadian sebenarnya.
Ia juga menceritakan soal insiden perundungan yang sebenarnya terjadi di sebuah sekolah menengah di Cheongju di masa lalu. “Korban saat itu mengalami luka bakar parah dan tulang ekor menonjol, membutuhkan 5 hingga 6 minggu rawat inap. Pelaku juga mengaku akan menghukum korban dengan merobek koreng yang terbentuk di bekas lukanya,” beber Choi Woo Seong.
Menurutnya, intimidasi yang sebenarnya jauh lebih buruk dalam kehidupan nyata. “Undang-Undang Kekerasan Sekolah diberlakukan pada 29 Januari 2004, dan diberlakukan pada 30 Juli tahun yang sama tetapi insiden besi rambut Cheongju terjadi pada tahun 2006. Jadi pemimpin kelompok pengganggu mengancam korban untuk tidak memberi tahu siapa pun. nama pelaku atau nama sekolahnya,” ungkapnya.
Baca Juga: Song Hye-kyo Berkolaborasi Kembali dengan Kim Eun-sook untuk The Glory
Choi Woo Seong juga menyatakan penyesalannya yang mendalam karena ada insiden intimidasi yang jauh lebih buruk. Mulai dari Kasus Penyerangan Sekolah Menengah Gadis Yangsan, Kasus Kekejaman Asrama Cheonghak-dong, Kasus Penyerangan Seksual Tempat Tidur Salju Gyeonggi Utara dan banyak lagi. Sayangnya hukum Korea Selatan terbatas untuk memberikan hukuman setimpal kepada para pelaku yang masih berusia di bawah 14 tahun.
“Saya setuju bahwa usia harus diturunkan secara bertahap karena para penjahat semakin muda dan mereka juga semakin pintar dan kejam. Saya pikir masyarakat kita harus melakukan upaya untuk mereformasi hukum dan mencegah kejahatan pada saat yang bersamaan,” pungkasnya.
Foto: YouTube
(Ag/Ag)
Leave a Reply